Selasa, 17 Mei 2016

RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL SIAP DUKUNG PELATNAS

JAKARTA - Bagi masyarakat yang mengalami masalah tulang tak usah pusing untuk mencari rumah sakit.  Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) yang terletak di Jalan Jambore Raya No 1, Cibubur, Jakarta Timur kini dibuka untuk umum. 

Rumah sakit yang di bawah naungan Kementerian Pemuda dan Olahraga itu merupakan rumah sakit untuk menjaga kesehatan olahragawan, khususnya olahragawan yang sudah berprestasi. Terutama atlet yang berada di bawah naungan Satuan Program Indonesia Emas (PRIMA). 

"Rumah sakit ini memang spesialis menangani cedera atau permasalahan pada tulang dan otot. Rumah sakit seperti ini hanya ada satu-satunya di Indonesia. Kami kini terbuka untuk umum," kata Direktur Utama Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), Dr dr Basuki Supartono Sp.OT,FICS, MARS, di Jakarta.

Basuki menjelaskan, fasilitas RSON yang dimiliki diantaranya emergency unit, dentistry, psycologi, radiologi, laboratorium, physiotherapy, apotek, surgery room, opname, CT Scan, MRI, sport science, fitnes centre, dan sauna. 

Untuk dokter spesialis yang dimiliki adalah spesialis orthopaedic, internist, obgyn, pediatric, surgery, pulmo, rehabitation, dan periodontic dentistry.

Selain itu, RSON juga memiliki jogging track, postur body analysis, vacu sports regeneration system, hydro pool, motion analysis system, dan alat mayoline untuk mengukur kemampuan kekuatan maksimal setiap bagian otot. 

Ia mengklaim RSON berbasis sport science.Sport science merupakan ilmu olahraga yang mempelajari bagaimana tubuh bekerja selama latihan, dan bagaimana olahraga serta aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan. 

Sport sciene menggabungkan bidang fisiologi latihan, anatomi, biomekanik, dan kinesiology.
Dengan begitu sport science merupakan alat obyektif dalam melakukan seleksi atlet dan pembinaan atlet. Kemudian juga pengobatan cidera dan rehabilitasi atlet.

"Seseorang bisa dites untuk mengetahui apakah orang itu cocok jadi atlet dan mengetahui seseorang itu cocok jadi atlet apa. Kemudian penyembukan atlet dapat dilakukan dengan cepat. Atlet berprestasi pun semakin banyak," katanya.

Basuki menambahkan, dari data rekapitulasi kunjungan atlet Pria berdasarkan 10 besar penyakit terbanyak pada Januari-Maret 2015 sebanyak 55 atlet. 

Dari 55 atlet yang mengalami sprain ankle 18 orang, bursitis knee 16 orang, chronic sprain ankle instability 11 orang, scoliosis 10 orang, miogenic back pain 8 orang, sprain wrist 7 orang, flat feet 5 orang, meniscus tear 5 orang, OA sekunder 4 orang, dan fraktur os clavicula 4 orang. “Dengan sport science para atlet tersebut dapat sembuh dan berlaga kembali,” pungkasnya.

Rabu, 20 Januari 2016

Peralatan "Sport Science" Jangan Dibiarkan Mubazir

JAKARTA, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menegaskan bahwa pemanfaatan beberapa peralatan sport science yang ada di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) harus lebih dioptimalkan.

Optimalisasi pemanfaatan peralatan tersebut bisa dilakukan dengan melakukan sosialisasi, menggelar pelatihan, melakukan kerjasama dan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan pembina, pengurus, dan atlet agar mereka paham dan terbiasa menerapkan peralatan sport science sebagai tolak ukur dan dasar analisa dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga nasional.

 “Sejumlah peralatan sport science yang canggih di RSON kini sudah bisa dimanfaatkan. Sekarang peralatan mahal itu harus dioptimalkan pemanfaatannya agar prestasi olahraga kita meningkat dan dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain yang sudah lebih dulu menggunakannya,”ujar Menpora Imam Nahrawi terkait pemanfaatan dan penerapan peralatan sport science yang sudah tersedia.

Ada 8 peralatan sport science canggih di RSON yang sudah berfungi, ada standar prosedur operasional (SOP) dan standar pelayanannya. Yaitu pengukuran kapasitas Paru, pengukuran kapasitas Jantung, pengukuran Vo2 max, pengukuran tingkat metabolisme tubuh, pengukuran persentase lemak dan distribusinya, pengukuran densitas tulang, pengukuran kekuatan otot tubuh dan pengukuran postur tubuh. Peralatan canggih dan mahal yang serba digital dan komputer ini berasal dari Eropa dan Amerika.

“Satlak Prima, KONI atau KONI Daerah dan para pelatih silahkan memanfaatkan alat tersebut. Peralatan mahal itu dibeli dengan uang rakyat, jadi harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan prestasi olahraga yang membanggakan masyarakat,”tambah Cak Imam.

Guna mensosialisasikan pemanfaatan peralatan tersebut, belum lama ini Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON)  Kemenpora menyelenggarakan pelatihan penerapan Iptek bagi pemuda berprestasi di bidang olahraga di Wisma Sugondo, Cibubur. Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 150 pelatih silat dari Jabodetabek dan beberapa kota di P.Jawa seperti Jogjakarta dan Banjarnegara.

Direktur Utama RSON DR. Dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS yang juga menjadi pemateri dalam acara di atas, membenarkan bahwa beberapa perlatan sport science sudah bisa beroperasi dan Indonesia kini sudah bisa mulai melangkah maju dalam penerapan IPTEK olahraga.  “Thailand dan beberapa negara Asia Tenggara lain sudah lebih dahulu menerapkannya. Saya setuju dengan Menpora agar pemanfaatan peralatan sport science ini bisa dioptimalkan oleh seluruh stakeholder olahraga nasional demi peningkatan prestasi,” tutur Basuki.

Basuki menegaskan pentingnya sport science untuk atlet. Misalnya pengukuran data kekuatan otot, postur tubuh dan performa atlet secara obyektif. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menemukan potensi atlet, program latihan dan evaluasi latihan.  Dengan alat ukur yang akurat dan canggih, pelatih bisa mencermati dan memperhatikan postur tubuh atlet ataupun kelainan postur tubuh yang dapat menghambat prestasi atlet.

“Saya berharap ke depan RSON dengan peralatan sport science yang ada, akan lebih ramai dikunjungi stakeholder olahraga. Akhir April nanti atlet nasional di bawah Satlak Prima juga akan melakukan cek di RSON,” tutur Basuki. (Kompas.com)